Pelajaran dari Imam Bukhari
Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, salah seorang tokoh Naisabur bernama Muhammad bin Yahya berkata, "Pergilah menuju lelaki sholeh ini (maksudnya adalah Imam Bukhari, pen.) dan dengarkanlah darinya."
Lalu orang-orang berbondong-bondong mendatangi Imam Bukhari dan mendengarkan pengajian beliau. Hingga akhirnya terjadilah penurunan jumlah jamaah pengajian Muhammad bin Yahya karena banyak yang berpindah ke pengajian Imam Bukhari. Muhammad bin Yahya mulai merasa hasad (dengki) terhadap Imam Bukhari dan mulai menggunjingnya.
Setelah itu tersebarlah isu bahwa Imam Bukhari telah mengatakan bahwa melafalkan Al-Quran itu adalah makhluk. Sebuah isu besar bagi penduduk kota itu.
Orang-orang mulai merasa resah dengan adanya isu itu. Hingga akhirnya ada salah sorang jamaah pengajian Imam Bukhari yang memberanikan diri menguji beliau, "Wahai Imam, bagaimana pendapat anda tentang melafalkan Al-Quran, apakah ia termasuk makhluk atau tidak?"
Imam Bukhari berpaling dari penanya itu dan tidak menjawabnya. Namun orang itu terus mendesak, beliau pun berpaling dan tidak menjawab. Sampai tiga kali, akhirnya beliau menghadap orang itu lalu berkata, "Al-Quran adalah kalam (firman) Allah bukan makhluk. Sedangkan perbuatan kita adalah makhluk. Dan menguji semacam ini adalah bid'ah."
Si penanya itu mulai berbuat gaduh dan diikuti oleh jamaah lain hingga akhirnya mereka membubarkan diri dari pengajian sedangkan Imam Bukhari masih duduk.
***
Kisah di atas memberikan kita banyak pelajaran, di antaranya:
- Jika suatu saat anda menjadi orang besar, maka ketahuilah bahwa akan selalu ada orang yang dengki kepada anda. Biasanya mereka adalah orang yang merasa tersaingi dengan adanya anda di komunitas itu. Apalagi jika anda adalah pendatang baru. Orang yang lebih lama tinggal di komunitas itu akan rentan terkena hasad, apalagi jika anda lebih muda dan lebih pandai dari mereka. Maka, hendaknya anda selalu memohon perlindungan kepada Allah dari kedengkian orang-orang yang dengki. (QS. Al-Falaq: 5)
- Jika anda dipancing untuk berbicara tentang suatu masalah yang sudah menjadi polemik di suatu komunitas tertentu, jangan langsung berbicara. Namun pertimbangkanlah, mana yang lebih baik, berbicara atau diam. Sekiranya diam lebih baik maka jangan berbicara. Namun jika mereka memaksa anda untuk berbicara, maka sampaikanlah kebenaran apa adanya dengan bahasa yang paling baik.
- Jika anda diancam oleh seseorang, maka tenanglah dan jangan langsung bereaksi. Ketika Imam Bukhari diintimidasi oleh sebagian orang agar meralat ucapannya, dengan tegas beliau mengatakan, "Saya tidak akan melakukannya kecuali jika kalian mampu mendatangkan hujjah yang lebih kuat dari hujjah saya tentang apa yang kalian ucapkan itu."
- Sadarlah bahwa tidak semua yang hadir dalam majelis anda menginginkan kebaikan. Adakalanya sebagian di antara mereka mengawasi anda untuk mencari-cari kesalahan anda. Biasanya mereka adalah orang-orang yang terpengaruh dengan para pendengki. Maka hendaknya anda bersikap bijak. Biarkan saja mereka hadir sambil berdoa semoga mereka mendapatkan petunjuk dengan hadir di majelis anda. Jadikan kehadiran mereka sebagai pengawas pribadi anda. Semestinya anda sadar bahwa ada pengawas yang lebih besar dari mereka yaitu para malaikat utusan Allah yang selalu mencatat seluruh ucapan dan tindak-tanduk anda sehingga anda dapat lebih berhati-hati dalam berbicara.
- Jika para jamaah mulai terbawa arus yang menentang anda, maka jelaskanlah bahwa anda semata-mata hanya ingin menyampaikan kebenaran. Ketika Imam Bukhari mulai diboikot oleh para pendengki, sebagian pengikut setia beliau mengatakan, "Wahai Imam, sebenarnya kami tidak menyelisihi anda. Namun orang-orang awam itu tidak mampu mencerna semua ini dari anda." Imam Bukhari menjawab, "Sungguh saya takut api neraka apabila saya ditanya tentang suatu masalah yang saya yakini lalu saya menjawab dengan selain yang saya yakini."
Semoga Allah merahmati Imam Bukhari. Sungguh cobaan yang menimpa beliau sangat berat. Sehingga Abu Zur'ah dan Abu Hatim, dua imam ahli hadis terkemuka saat itu ikut memboikot beliau. Imam Dzahabi berkomentar, "Baik mereka berdua memboikot atau tidak memboikot, Imam Bukhari tetaplah orang terpercaya yang amanah serta menjadi hujjah bagi alam ini."
Sedangkan Imam Muslim dan Ahmad bin Salamah, keduanya termasuk pembela setia Imam Bukhari.
Wallahu a'lam bish showab.
Sumber: Siyar A'laam An-Nubalaa karangan Imam Dzahabi 23/447 dst.
0 Response to "Pelajaran dari Imam Bukhari"
إرسال تعليق